Perang dan Alutsista Canggih di Era AI

Pada 2025 ini perang Ukraina-Rusia akan memasuki tahun ketiga. Sejak Rusia menyerang Ukriana pada 24 Februari 2022, belum ada tanda-tanda perang akan segera berakhir. Bahkan, Rusia memberikan bingkisan tahun baru ke Kyiv pada 1 Januari 2025 dengan melancarkan serangan 111 pesawat tanpa awak (drone) ke wilayah Ukraina.

Mengutip kantor berita Reuters (2/1/2025), sebagian besar drone tersebut berhasil dijatuhkan militer Ukraina, tetapi ada dua warga tewas akibat serangan drone yang di dekat Kyiv.

Serangan pesawat nirawak menjadi penanda keberadaan alustista modern dalam perang Eropa saat ini. Ukraina tak kalah gencar menggunakan drone untuk mengimbangi jumlah tentara, armada, dan anggaran militer Rusia yang berlipat kekuatannya dibandingkan dengan Ukraina. Rekam jejak perang Eropa ini membuat Ukraina memusatkan perhatiannya pada pentingnya teknologi.

Riset lembaga Atlantic Council asal Amerika Serikat (2/1/2025) menunjukkan, Ukraina terus mengembangkan kerja sama teknologi pertahanan modern. Salah satu contohnya, sejak April 2024, Ukraina merancang keberadaan drone pencegat untuk mengimbangi serangan gencar militer Rusia.

Selain drone pencegat, Ukaina juga mengembangkan drone kamikaze atau bunuh diri. Kemunculan drone pencegat ataupun drone kamikaze menunjukkan adanya kemajuan perkembangan alutsista modern dengan mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan (AI). Penggunaan AI membuat pengembangan teknologi pesawat nirawak memiliki kemampuan mengunci target atau sasaran yang ditetapkan. AI membantu keakuratan serangan yang sangat dibutuhkan pada perang modern seperti saat ini.

Tanda-tanda munculnya drone canggih itu terjadi pada September 2024. Ukraina meluncurkan drone Palianytsia yang memiliki daya jelajah hingga 2.500 kilometer. Kemampuan ini setara dengan jarak yang mampu dicapai drone Shahed-136 buatan Iran yang menjadi primadona drone tempur dunia saat ini. Selain daya jelajah yang luas, drone Palianytsia juga dilengkapi sistem panduan canggih sehingga lebih tahan dari pengacakan sinyal dan serangan perang elektronik.

Era perang ”drone”

Iklan
Iklan

Penggunaan drone tempur yang semakin masif digunakan dalam perang Ukraina-Rusia ini menunjukkan bahwa pola pertempuran telah bergeser dari perang alutsista konvensional menjadi perang drone. Kecanggihan drone menawarkan efektivitas perang tanpa perlu banyak melakukan gelar pasukan secara massal dan memangkas biaya alutsista yang mahal.

Untuk mendatangkan bantuan pesawat tempur F-16 Amerika Serikat, misalnya, Ukraina harus menyiapkan landasan khusus dan sistem penjagaan yang ketat. Sarana yang mahal tersebut tidak diperlukan saat mengoperasikan drone.

Saat ini Rusia tercatat mengandalkan drone Lancet buatan dalam negeri dan drone Shahed-136 buatan Iran. Rusia juga sedang menyiapkan drone Geran-2 yang memiliki kemiripan dengan drone Shahed-136. Sementara Ukraina sejak awal mengandalkan Bayraktar II buatan Turki, drone FPV (first person view) kamikaze, drone Beaver buatan Ukraina, dan kini drone Palianytsia.

Aksi pesawat nirawak Ukraina ini mampu memberikan efek getar kepada pihak Rusia. Drone Bayraktar, misalnya, mempunyai kemampuan menembakkan rudal berpemandu menuju target sasaran dan meledakkannya. Pada Mei 2022, sebuah helikopter jenis Mi-8 milik Rusia yang sedang bersiap lepas landas di Pulau Ular, Ukraina, berhasil ditembak oleh drone Bayraktar TB 2. Bayraktar TB 2 juga berhasil meledakkan dua sistem pertahanan udara berbasis rudal dan kapal pendarat Rusia tipe Serna di tempat yang sama.

Tak hanya untuk mempertahankan teritorialnya, Ukraina bahkan telah berhasil menyerang ke jantung wilayah Rusia. Pada Juli 2203, tiga drone kamikaze diluncurkan Ukraina ke kawasan pusat bisnis Moskwa.

Konsep penggunaan drone yang kecil efektif dalam perang Eropa kini menjadi pilihan banyak negara. Baik Ukraina maupun Rusia kini sama-sama membangun pabrik drone untuk berlomba menumpuk persenjataan guna menghadapi perang berkepanjangan.

Tak hanya drone terbang, Ukraina juga membuat drone laut (sea drone) dari speedboat yang dipersenjatai dan dibekali kemampuan kendali jarak jauh. Drone laut ini juga tak kalah mematikan dibandingkan dengan drone tempur. Pada Juli 2023 Ukraina menggunakan prototipe drone laut menyerang jembatan Crimea yang dikuasai militer Rusia.

Ukraina saat ini terus mengembangkan lebih banyak jenis drone kecil, baik untuk fungsi pengintaian, perburuan personel militer, perburuan kendaraan militer berat, hingga drone-rudal bermesin jet untuk sasaran strategis seperti bandara atau jembatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *